Bahaya Polimer Sintetik

Posted: Mei 5, 2010 in Uncategorized

BAHAYA POLIMER SINTETIK

Kebanyakan plastik seperti PVC agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan plasticizer. Bahan pelembut ini kebanyakan terdiri dari dari kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl) adipate (DEHA), polychlorine biphenyl (PCB) yang digunakan dalam industry pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di (-2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel,2000).

Namun, penggunaan bahan pelembut ini justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal dengan nama Yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.

Contoh lain dari bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah kesehatan adalah DEHA. Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat, plastic PVC yang menggunkan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ked alam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA yang ditetapkan FDA-badan pengawas obat dan makanan AS) terdapat dalam keju yang dibungkus dengan plastic (M.R. Awang, 1999).

DEHA mempunyai aktifitas mirip dengan hormon estrogen-hormon kewanitaan pada manusia. Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati (M.R.Awang, 1999). Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita harus lebih berhati-hati.

Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan. BPOM Eropa telah membatasi nilai ambang batas DEHA yang masih aman bila dikonsumsi yaitu sebesar 18 ppm. Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk dikonsumsi. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari terkontaminasi oleh DEHA, sebaiknya mencari alternatif pembungkus makanan lain yang  tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami seperti daun pisang.

Plastic memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu, seringkali dibakar untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air dilingkungan. Namun pembakaran plastic ini justru mendatangkan masalah baru karena plastik yang dibakar yang mengeluarkan asap beracun yang apabila dihidup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan hormon dan menyebabkan bayi lahir dalam kondisi cacat.

Penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain dapat menimbulkan senyawa radikal dimana plastik tersebut mempunyai zat pewarna hitam yang apabila terkena panas dapat terurai dan terdegradasi. Kalaupun tidak beracun, senyawa tersebut dapat berubah menjadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal ini memiliki satu elektron tak berpasangan sehingga menjadi sangat reaktif dan tidak stabil yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Radikal ini dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol pada seperti pada penyakit kanker. Banyak factor yang dapat menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengkonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan tubuh, faktor genetika, kualitas plastik dan makanan. Bila terakumulasi dapat menyebabkan kanker.

Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof. DR.Hj.Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA IPB, hasil survey pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% dari jaringan lemak orang Amerika mengandung stirena yang berasal dari Styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan bahwa kandungan stirena telah mencapai ambang batas yang dapat menyebabkan gangguan syaraf.

Lebih mengkuatirkan lagi pada penelitian di New Jersey ditemukan 75% air susu ibu terkontaminasi stirena.hal ini terjadi akibat ibu menggunakan wadah Styrofoam saat mengkonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa stirena dapat berimigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang hamil. Terpaan Styrofoam dalam jangka panjang tentu akan menyebabkan penumpukan stirena dalam tubuh sehingga dapat muncul gejala syaraf seperti kelelahan, sulit tidur, gelisah dan anemia.

Sumber : Matabuku writer, Jangan makan plastik, mengenali potensi racun plastik dalam makanan, Matabuku Publishing House, Bandung, 2005.

Tinggalkan komentar